aku. ya. aku adalah seorang gadis yang hanya bisa berharap. nama ku Naya . aku hanyalah wanita biasa. tidak cantik, tidak populer. tidak seperti Dara, anak kelas sebelah yang cukup eksis. semua yang dia mau. dia bisa dapatkan.
pria itu, yap aku menyukainya. sangat menyukainya. aku tidak tahu apa perasaan ini suka, cinta atau sayang. tapi, hatiku selalu perih apabila ada seorang wanita selain aku dapat membuatnya tertawa. dulu.. dia sangat tampan. Seperti ksatria yang membawa bunga tulip untuk seorang putri. . pria itu bernama Angga. Umurnya 2 tahun lebih tua daripada aku. Berharap semuanya akan kembali seperti semula.
.............................
"mas angga?" aku menyapanya. dia menolehkan wajahnya padaku.
"eh? hai juga Naya"
"lagi apa mas?" aku bertanya kepada angga. sebenarnya aku sudah mengetahui apa yang dia lakukan. hehe
"oh aku ini lagi smsan nay. emang kenapa?"
"engga mas. cuman nanya doang kok. smsan sama siapa mas angga?"
"sama Dara"
"ooh. mas suka ya sama Dara?"
"hehe. kasih tau gak ya?"
"yaudah mas"
"hehehe iya. aku suka dia Nay. Kita udah jadian"
DEG. jantungku, remuk seketika, hancur, panas. mungkin kali ini aku terdiam. mungkinkah ini rasanya cemburu?
"nay? naya?"
"eh? iya mas? hehe" aku baru ngeh. angga mengayun ayukan tangannya diwajahku.
"jangan ngelamun dong naya"
"enggak kok. ehm yaudah ya mas. aku mau pergi dulu, ada tugas yang perlu aku selesaikan. assalamualaikum"
"waalaikum salam"
aku segera pergi meninggalkan angga. pergi menuju tempat sunyi. yah mungkin lebih baik aku tenangkan diriku dulu.
aku pergi ke danau. tempat dimana aku selalu menenangkan hati dan fikiranku, seperti aliran air.
tenang dingin, damai. kuhirup udara danau yang sejuk ini dalam dalam. segar. fikiran ku segar. jernih kembali. hati yang panas kembali menjadi sejuk. ku nikmati pemandangan ini. berkhayal tentang aku dan dia. dia? yap. orang yang aku suka hehe. dan..
"dor!" seseorang menepuk pundakku. hah? ku kira siapa. Rafi. aku kaget.
"rafi? ngegetin deh"
"hehe. maaf nay. abisnya lo ngelamun sih nay" kata si rafi. Dengan logat lo gue nya yang melekat kuat karena dia anak jakarta.
"yah jangan ngagetin juga kali rafi"
"maaf nay"
"iya gapapa"
" nay, gue tau. lo suka sama angga. mungkin sekarang lo udah sayang sama dia" dia membuka pembicaraan
Rafi, ya. Dia sahabat baiknya mas angga. Tapi, entah kenapa dia tidak mau aku panggil “mas” yah katanya sih gara gara dia ngerasa tua dengan panggilan itu.
"percuma raf" ucapku lesu.
“kenapa nay? “
“dia suka sama Dara,malah udah jadian raf”
“dara? .” Ucap raffi.
“iya. Dara. Anak yang eksis itu raf”
“dia gak pernah cerita sama gue tuh nay”
tiba tiba telpon rafi bunyi. Entah dari sipa telpon itu.
“bentar” raffi mulai mengangkat
telponnya entah apa yang dia bicarakan. Yang jelas dia menyebut nama “angga” .
angga? Angga kenapa? Tuhan perasaan ku tidak enak. Ada apa sebenarnya?
“mas? mas angga kenapa mas? jujur mas” aku mengguncangkan
tubuh rafi setelah dia menutup telponnya.
“nay ikut gue sekarang!!” rafi menarik tanganku. Dan otomatis aku mengikutinya. Mas angga? Ya
allah semoga dia tidak kenapa napa.
“kemana?” aku melepaskan tangan rafi. Dia memegang tanganku
terlalu kuat.
“ini soal angga.” DEG. Jantungku lalu berdebar. “ikut gue
kerumah sakit. Sekarang nay. Dia, kecelakaan”
Ucap rafi. Mas angga? Kecelakaan? Ya tuhan. Lututku bergetar. Aku kaget. Cairan bening ini menetes dari ujung mataku.
“ayo mas. kita kerumah sakit” ajak ku sambil menahan tangis
Sesampainya dirumah sakit, aku langsung menghampiri angga
yang tertidur. Kaki nya penuh darah. Ya tuhan. Aku tak sanggup melihatnya.
Dan disitu kulihat Dara. Wajahnya juga terlihat sedih, tapi,
tak menampakkan air mata.
“dara?” sapaku.
“hai naya” dia memberikan seutas senyuman padaku. Dia cantik.
Pantas aja mas angga menyukainya.
“kamu pacarnya mas angga , dar? Selamat” ucapku. Walaupun
hati ini sakit.
“ ya ampun naya, ini bukan saat yang tepat buat bilang itu.”
Tukas Dara
“maaf dar” aku berbicara dengan nada yang mulai menangis.
Dan, itu.. air mata ini terjatuh lagi.
“kamu nangis nay?” Tanya dara.
“engga ko. Dar aku pengen nengok mas angga dulu” aku nerusaha
mengalihkan pembicaraan dan pergi
meninggalkan dara. Menuju ruang UGD.
Aku melihat jam. Pukul 4 sore. Seseorang kembali menepuk pundakku. Dia,
teman karibnya mas angga.
Teman seperjuangan. Ya bisa dibilang seperti itu. Mas Yuda. Umurnya sama dengan mas angga.
“nay..”
“mas, mas angga gimana? Kenapa bisa gitu?” air mata ku lagi
lagi menetes.
“dia kecelakaan. Dia ngikutin kamu pas kamu pergi nay.”
“ngikutin aku?”
“iya, dia sebenernya suka sama kamu.”
“terus? Dara? ”
“mereka gak pacaran , nay”
“kalo mereka gak pacaran kenapa dara ada disini?”
“kebetulan, orang tua dara juga dirawat disini”
“oh.”
“dia pergi. Dia ngerasa bersalah setelah dia bilang dara
pacarnya angga. Tapi itu Cuma bohong. Dia pengen liat reaksi kamu, nay. Dia
pengen nembak kamu saat itu nay. Tapi itu naas, angga tertabrak mobil dan yang
aku lihat kaki angga tertimpa batang pohon. Ya setelah itu aku telpon rafi. Ya
tadinya rafi disuruh angga buat liat reaksi kamu.”
“tapi, bukannya tempat nongkrong mas angga sama danau gak
nyebrang jalan deh”
“oh iya mas lupa.” Ucap yuda menepuk jidatnya “kamu tau kan
disebrang tempat kita nongkrong itu ada penjual bunga?” Tanya nya. Aku mengangguk . “tadi dia pingin
beli bunga tulip putih buat kamu Nay. Dia tau kok. Kamu suka sama bunga tulip
putih. Yah walapun kamu gak pernah cerita sama angga.
Tapi kamu cerita sama sahabat kamu & aku. Kata penjual
bunga itu sih pas angga mau jalan kearah danau, angga ketabrak mobil. Dan badan
angga mental sampai tepat dibawah pohon. angin tertiup kencang. Batang pohon
yang besar itu jatuh dan kena kaki angga.”
Aku kaget mendengar cerita mas yuda. Seperti itukah? Jika aku
tahu takdir tidak akan begini, aku tidak akan pergi kedanau itu. Seharusnya aku
tak pergi kesitu. Ya tuhan. Akulah penyebab kecelakaan itu.
“ya allah..”
“ohiya nay. Ini bunga tulip putih yang tadi angga mau kasihin
ke kamu” yuda memberikan bunga itu. Derdapat bercak darah. Bahkan setengahnya
dari bunga itu. Aku menerima bunga itu. Masih harum. Harum bunga ini tercampur
dengan darah mas angga. Sejahat itukah aku?
Aku sangat sedih. darah orang yang aku sayangi menempel pada
bunga kesukaanku.
Sekarang, pukul 9 malam. Bahkan aku tidak peduli dengan
kondisi ku.
Tak lama dari itu, dokter yang menangani mas angga keluar.
Aku segera bangkit dan menghampiri dokter itu.
“bagaimana keadaan mas angga dok?” ucapku dengan harap harap
cemas.
“pasien sudah sadar. Pasien mengalami patah tulang. sekarang
kondisinya sudah agak baikan. “
Aku segera menghampiri mas angga. Matanya sudah terbuka.
Yatuhan dia sudah sadar.alhamdulillah.
“mas? mas nggak apa apa? Mas mana yang sakit? Bilang sama
naya mas” ucapku. Pertahananku runtuh. Kristal cair namun perih turun dari
pelupuk mataku.
“nay, aku dimana nay?” ucapnya dengan suara berat. Dan
berusaha bangun.
“mas, jangan gerak dulu mas. mas lagi dirumah sakit. Mas mana
yang sakit mas. bilang sama naya” ucapku sambil menghapus airmataku. Jujur aku
sangat sangat senang. Mas angga masih diberi kesempatan hidup. Terimakasih
tuhan.
“naya? Kamu kenapa nangis? Jangan nagis. Mas gapapa kok.”
Ucap mas angga. Mas angga, disaat mas angga lagi kayak gini, mas angga masih
bilang “gak apa apa” apa maksudnya mas angga. Tuhan, apakah dia adalah kesatria
dalam cerita yang memberikan setangkai
bunga tulip untuk seorang putri? Disaat tubuhnya hampir hancur sekalipun?
“mas angga.. ini” aku memberikan setangkai bunga tulip ini.
Ya bunga tulip yang setengahnya terkena darah.
“ini bunga tulip untukku mas? aku udah tau semuanya” ucapku.
Dan saat ku lihat mas angga dia terdiam.
“mas, maafin Naya. Gara gara naya mas jadi kaya gini” ucapku.
Aku sangatlah menyesal.
“naya…” panggilnya
“gara gara naya cemburu, Naya emang bego mas haha” ucapku.
Aku tertawa dalam menangis. Dan apa reaksi mas angga? Dia terdiam lagi.
“naya dengerin mas. ini semua gara gara aku. Aku yang bego
nay, bukan kamu. Aku malah bikin kamu cemburu. Dan bego nya lagi, aku gak hati hati.” Aku menangis tersendu sendu.
Dihadapan mas angga. Sangat memalukan? Mungkin sebagian orang menganngap ini
sangat romantis atau dramatis? Hah entahlah.
“sekali lagi dengerin mas nay, mas bukan pacarnya dara. Dan
mas gak suka sama dara. Mas bilang sama kamu ya mas pengen bikin kamu jealous,
jadi yang jahat siapa? Mas kan? Akibat kejahatan mas. akhirnya kaki mas patah
kayak gini. Mas sukanya sama kamu, Naya”
“mas..”
“maafin mas Nay. Ini nay kamu bawa aja bunganya.” Dia
memberikan bunga tulip untukku. Aku menerima bunga itu. “kamu pulang dulu ya
nay. Mandi makan sanah. Nanti kamu sakit” mas angga. Dia masih memperdulikan
orang lain disaat dirinya sakit. Ya, memang itulah dirinya.
“iyadeh mas. besok aku kesini lagi ya. Nanti aku bilang sama
orang tua kamu ya”
Dan aku pun pergi meninggalkan kamar rawat angga.
“nay? Mau kemana?” Tanya yuda
“pulang mas hehe. Lagian aku udah capek kok”
“aku anterin ya?”
“gak deh mas J makasih.”
“tapi ini udah jam setengah 11 naya,”
“ha?” dan aku pun meliat jam ditangan ku.
“mas anter ya. Gak baik loh cewek pulang jam segini.”
“iya deh mas” dan aku pun pulang sama mas yuda. Dengan
perasaan lega ini aku pergi kerumahku. Aku berjalan keluar rumah sakit. Udara
malam kota yang dingin, membuatku
bergidik.
“ayo nay”
“eh iya mas”
Dan aku pun masuk kedalam mobilnya. Di dalam mobil, kami
saling berdiam. Melihat suasana romantic kota ini. Cukup membuatku tenang.
“mas aku masuk dulu ya. Mas langsung pulang gak?”
“gak kok nay. Aku mau diem dulu dirumah sakit. Sampe ortunya
angga datang dari amrik”
“emang orangtua mas angga di amrik?”
“iyalah. Baru tau nay? “ kata mas yuda sambil mengacak ngacak
rambutku
“ish. Yaudah deh mas. makasih ya.”
Dan aku pun masuk kedalam rumah dengan perasaan lega.
1 bulan
kemudian….
“nay? Jalan jalan yuk?” ucap mas angga sambil berjalan
meggunakan tongkat penyangga.
“ayuk mas. tapi mas kuat gak?” Tanya ku yang langsung
menghampiri mas angga dan memapah jalan mas angga. Yup. Akibat kecelakaan satu
bulan yang lalu.
“mas? yah mas masih kuat lah Naya.” Ucapnya sambil mencubit
pipi kananku. Yap, baru kali ini. Pipiku dipegang mas angga. Aku tidak tahu
seperti apa wajahku sekarang. Mungkin kan sudah memerah? Aku tidak sia sia menghibur dan menjaga mas
angga. Dan aku berhasil bisa membuatnya tersenyum kembali. Melihatnya tersenyum
kembali, itu adalah kebahagiaan tersendiri untukku
“hmm yaudah deh.” Aku langsung jalan berdua dengannya. “naya
mau kemana?”
Tanya mas angga. Yap. Sejak kejadian itu, dia hangat
kepadaku. Malah terkadang dia sudah seperti bodyguard ku. Meski dengan
keadaannya yang agak sakit. Dia berhenti sebentar dia memintaku untuk
mengantarnya membeli bunga tulip. Tulip putih. Ya, bunga kesukaanku.
“ayo nay, kita ke taman sekarang.” Ucapnya. Dan kamipun jalan
berduaan. Beberapa orang memperhatikan kami. Terlebih lagi memperhatikan mas
angga.
Kami berjalan bersama sambil terawa. Bercanda penuh kasih
sayang. Aku tidak memperdulikan setiap orang yang memperhatikan kami. Mungkin
orang orang mengira aku dan mas angga pacaran tapi tidak. Aku tidak pacaran
dengannya.
“duduk disini mas.” aku membantunya untuk duduk. Karena
keadaannya belum sembuh total. Dan diapun duduk.
“naya, ini bunga tulip untukmu. Mungkin ga mewah buatkamu,
tapi nay, mas kasihin ini dengan penuh kasih sayang. Mas tulus sama kamu nay.
Mas sayang banget sama kamu”
“mas, makasih mas. aku sudah lama menyayangi mas angga”
ucapku. Aku terharu.
“ciyee romantis banget nih ya hahaha” dan ada lampu flash
kamera yang mengenaiku.
“iya yah. Wah bentar lagi ada yang mau jadian nih kayanya”
Dan itu mas yuda sama rafi
“ayo dong cepet tembak dong mas angga” dan itu.. dara? Rafi?
Pegang tangan dara?
“dara? Mas yuda? Rafi?
Ih kalian ini. Ngapain disini.? Jail banget sih kalian. Eh tunggu. Kok dara
pegangan tangan sama rafi? ” ucapku sambil mukulin rafi dan mas yuda.
‘kita udah jadian tau” ha? Jadian aku bersyukur tuhan.
“nay sini deh..” tapi ketika aku memukuli mereka, mas angga
memanggilku. Dan akupun menghampirinya
“nay kali ini aku serius.” Ucap mas angga
“nay aku sayang sama kamu. Aku suka sama kamu. Kamu mau ga
jadi pacar aku? Aku udah cape nay , mendam rasa ini selama 2 tahun. Tapi kamu
kayanya cuek aja, maafin aku nay udah bikin kamu cemburu. I love you” ucapnya
sambil memberikan bunga tulip itu.
“aku, mau mas” ucapku sambil malu malu
Aku pun menerimanya. Seumur hidupku, aku belum pernah
merasakan cinta yang sangat indah seperti ini. Awal yang sulit namun akhirnyang
indah
Makasih
yang udah mau baca J yah mungkin ini gak layak yah disebut cerpen tapi kan aku masih pemula
brooh. Kalo jelek ya aku berusaha diperbaiki lagi J kalo sinetron banget maaf ya. Abisnya ide aku cumin
mendet sampe situ J maklum lah aku lagi poling in lop wkwkwk so happy reading aja ya
By :
rinetta putrid mutiara ajeng J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar